Cerita Desa Segawe.
Sunday, 17 March 2013
Desa Segawe adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Pagerwojo Kab. Tulungagung. Desa tersebut dinamakan Desa Segawe karena pada zaman dahulu di sekitar desa tersebut banyak sekali tumbuhan yang dinamakan pohon Segawe.
Pohon Segawe adalah sebuah tanaman yang bisa tumbuh subur besar dan tingginya mencapai 20 sampai 30 meter. Bentuk daunnya bulat kecil dan kayunya keras serta buahnya bentuknya bulat dan berwarna merah. Namun demikian pada saat ini pohon segawe sudah jarang ditemukan dan tinggal beberapa pohon saja.
Karena begitu banyaknya pohon segawe yang tumbuh disekitar daerah tersebut, maka pada zaman dahulu oleh kakek nenek moyang kita dinamakan Desa Segawe seperti pada saat sekarang ini.
Asal Usul Dusun Doropayung, Desa Doroampel
Dusun Doropayung, Desa Doroampel, Kec. Sumbergempol, Kab. Tulungagung adalah menurut cerita penduduk zaman dahulu ada sebuah tempat yang dikeramatkan penduduk. Tempat itu disebut dengan dayangan. Dayangan itu adalah kuburan dari seorang yang sangat tua bernama Mbah Mardiem.
Mbah Mardiem adalah seseorang yang sangat dihormati dan disegani oleh masyarakat. Jadi kuburan Mbah Mardiem itu diatasnya diberi payung oleh penduduk setempat waktu itu.
Beberapa hari kemudian setelah Mbah Mardiem dimakamkan. Di bawah payung yang ada di kuburan Mbah Mardiem tumbuh sebuah pohon yang bernama pohon Doro. Penduduk setempat tidak tahu kenapa tiba-tiba ada pohon Doro. Jadi nama dusun DOROPAYUNG diambil dari sebuah cerita. Doro yang berasal dari pohon yang tumbuh dibawah payung. Dan payung diambil dari payung yang berada di kuburan itu.
ASAL USUL DESA “WAUNG”
Dahulu di desa ini dilanda banjir. Banjir yang meresahkan penduduk tersebut. Sehingga waktu banjir itu berlangsung, penduduk menggunakan alat transformasi sederhana berupa perahu, yang setiap hari dipakai para penduduk untuk mencari nafkah.
Selama banjir itu berlangsung, para penduduk sangat sulit mencari makan. Dulu pun para penduduk tidak makan dengan menggunakan nasi, tetapi hanya menggunakan umbi akar (ganyong).
Hingga suatu hari persediaan makanan salah satu penduduk tersebut habis dan saat penduduk mencari bahan makanan. Penduduk tersebut menemukan daun yang bisa dimakan. Sekali memetik daun itu, setiap hari penduduk terus berbondong-bondong ingin memetik daun tersebut.
Akhirnya karena desa itu belum mempunyai nama untuk daerahnya. Akhirnya para penduduk menggunakan nama daun tersebut untuk dijadikan sebagai nama desa. Akhirnya penduduk desa tersebut setuju menamakan desanya dengan nama Desa Waung.
CERITA DESA/DUSUN : Ds. BABADAN KARANGREJO.
Pada jaman dahulu Desa Babadan adalah desa yang terbagi menjadi dua yaitu desa Babadan Utara dan Babadan Selatan yang dimana dipisahkan oleh persawah.
CERITA DESA BABADAN MENURUT NENEK MOYANG DULU:
Ketika desa ini mau dibitempati masih dalam keadaan pemukuman penduduk yang sedikit. Akhirnya para penduduk ingin membuka desa yang penuh dengan pohon besar dengan cara bergotong – royong yaitu dengan cara memotong pohon-pohon yang ada disekitar lingkungan yang masih terlihat seperti hutan atau alas. Dan akhirnya para penduduk desapun memotong pohon-pohon yang besar dan menjadilah desa BABADAN yang dimana desa ini terbagi menjadi dua bagian dan dipertengahan desa ini ada persawahan yang digunakan untuk bercocok tanam dan menanam tumbuhan sebagai makanan sehari-hari seperti padi,jagung,ketela,tebu dll.
Sehubungan dengan itu akhirnya desa BABADAN pun telah menjadi desa yang makmur. Akhirnya para wargapun menamakan desa ini sebagai desa BABADAN karena desa ini terbentuk karena memotong pohon-pohon yang lebat bagaikan hutan atu alas. Nama BABADAN sendiri diambil dari nama memotomng pohon secara bhs.jawa yaitu BABAT. Dan akhirnya terbentuklah desa BABADAN yang dimana dipertengan desa ada persawahan dan desa ini terbagi menjadi dua yaitu desa BABADAN UTARA dan BABADAN SELATAN.
Cerita sejarah Dusun Semambungan, Desa Panggungrejo, Kec. Kauman
Pada zaman dahulu kala ada seorang adipati yang bernama Adipati Kalang. Suatu hari, Adipati Kalang dibunuh oleh seorang Patih yang bernama Patih Gajah Mada. Kemudian, mayat Adipati Kalang dibuang di sebuah sungai yaitu kali Song hingga bau mayat Adipati Kalang tercium di suatu daerah dan daerah itu k inidiberinamaSemambungan.
Powered by Blogger.