PUSAKA KYAI UPAS
Friday, 11 June 2010
Kyai Upas adalah nama sebuah pusaka berbentuk tombak, dengan landeannya ( kayu pegangannya) tidak kurang dari 5 meter. Pusaka ini berasal dari Mataram yang di bawa oleh R.M. Tumenggung Pringgodiningrat, putar dari Pangeran Notokoesomo di Pkalongan yang menjadi menanatu Sultan Jogyokarto kedua (Hamengku Buwono II) yang bertanda pada tahun 1792-1828, ialah ketika R.T. Pringgodiningrat diangkat menjadi Bupati Ngrowo (tulungagung) sekarang. Di samping pusaka itu ada kelengkapannya yang dalam isltilah Jawa disebut "Kyai Jinggo Pengasih" berwujud 1 perangkat gamelan pelog-slendro yang diberi nama "Kyai Jinggo Pengasih" besrta satu kotak wayang purwa lenkap dengan kelirnya. Pusaka dan pengiring ini tidak boleh dipisahkan dan sekarang tersimpan di bekas rumah pensiunan bupati Pringgokoesomo, di desa Kepatihan Tulungagung. Inilah yang oleh masyrakat Tulungagung dianggap sebagai pusaka daerah.
Sejak R.M. Tumenggung Pringgodaningrat pusaka tadi dipelihara baik-baik secara turun-temurun kepada R.M.Djajaningrat (Bupati ke V), lalu diturunkan kepada R.M. Adipati Somodiningrat (Bupati ke VI), kemudian diturunkan lagi kepada adiknya R.T. Gondokoesomo (Bupati Ngrowo VIII) dan selanjutnya diwariskan kepad adiknya ialah R.M. Tumenggung Pringgokoesomo (Bupati Ngrawo X). Setelah R.M. T Pringgokoesomo pensiun dalm tahun 1895 dan wafat tahun 1899, maka pemeliharaan pusaka diteruskan oleh Raden Ayu ialah seorang janda, sedang hak temurunnya (hak waris) kepada putranya yang bernama R.M. Moenoto Notokosoemo seorang komesaris polisi di Surabaya. Sejak tahun 1907 pemeliharaan pusaka berada di tanggan menantu R.M.T. Pringgokoesomo, yaitu R.P.A. Sosrodiningrat (Bupati Tulungagung XIII), dan sejak zaman Jepang di teruskan oleh saudaranya yang bernama R.A. Hadikoesomo. Setelah R.A. Hadikoesomo wafat, tugas ini diambil alih kembali oleh R.M. Moenoto Notokoesomo
RADEN JAYENG KUSUMO
Thursday, 10 June 2010
Pada saat tahun 1878 Raden Mas Jayeng Kusumo bekerja menjadi Wedana di Srengat sebelah uataranya sungai Brantas. Karena ayah dan kakeknya pernah menjabat Bupati Ngarawa atau nama lain jaman dulu kabupaten Tulungagung.
BABAT DESA PECUK ,TULUNGAGUNG
Wednesday, 9 June 2010
Daerah Pecuk dulu keadaannya rawa-rawa. DI sekitar rawa daratan berupa hutan belantara. Waktu masih rawa terdapat rombunan pohon yang banyak dihinggapi burung rawa-rawa. Burung tersebut berwarna hitam muali dari bulu, paruh, kaki dsb. Burung tersebut bernama burung Pecuk.. Burung Pecuk dikatakan sebagai burung rawa dikarenakan makanannya ikan yang berada di rawa-rawa.
Beberapa selang waktu terus bergulir, daerah rawa dan hutan tersebut di babad atau di buka oleh beberapa orang dari luar daerah yaitu:
1. DREMO yang berasal dari BOGELAN Jawa Tengah ( sekarang MAGELANG)
2. DJOGOROTO yang bersal dari BAYAT Jawa Tengah
3. PAYIN yang berasal dari BOGELAN Jawa Tengah (sekarang MAGELANG)
4. DJOKRAPAK berasal dari PONOROGO
Salah satu Pembabad tersebut yaitu PAYIN mendirikan langgar (mushola) yang sekarang tempat petilasan langgar tersebut menjadi tempat bangunan masjid jami’ dan madrasah IMAM MUCHYIDIN. Setelah PAYIN membangun langgar dan sudah jadi, malamnya kedatnagan seorang peria yang bernama IMAM MUCHYIDIN beliau adalah seorang prajurit dari kerajaan Mataram. Dan kedatnagan peria tersebut membuat PAYIN mendapatkan inisiatif untuk bermusyawarah degan teman-teman yang membabad dareah tersebut dan juga bersama IMAM mUCHYIDIN. Payin memusyawarhakan tentang situasi di daerah itu agar tidak sepi karena kanan kiri hutan dan rawa, dan Payin pun mempunyai ide untuk mengurangi kesepian di daerah itu melalui suatu kesenian yg bernuansa islami yang dinamakan
SLAWATAN (sholawatan) atau Jedoran untuk menghilangkan rasa kantuknya. Kesenian tersebut sampai sekarang masih ada biasanya qt dpt menjumpai kesenian tersebut dimainkan pada saat bersih dasa atau maulud nabi di desa Pecuk. Pada bulan itulah kesenian jedoran harus diadakn bila mana kesenian itu diganti atau tidak diadakan hal yang terjadi secara langsung maupun tak langsung akan mendatangkan balak atau musibh malapetaka yang menimpa warga desa setempat.
.
Powered by Blogger.